Loading...

Reformasi Birokrasi

Kementerian Pertanian, RI

img

3 PRINSIP DASAR YANG DAPAT MENJADI REFERENSI DI DALAM PENGOPERASIAN RUANG DATA REAL-TIME

Agriculture War Room (AWR) sebagai upaya memantau dan memetakan kondisi pertanian sekaligus kebutuhan per wilayah di seluruh Indonesia, berperan sebagai pusat data dan sistem kontrol untuk meningkatkan pembangunan pertanian nasional berbasis teknologi. Hal ini selaras dengan beberapa agenda pertanian yang kian memodernkan alat pertanian dengan teknologi. Penerapan teknologi dalam sistem pertanian berguna untuk menjadi alat ukur dalam melakukan pengawasan sekaligus membantu untuk membuat mapping area lahan nasional sehingga dapat terlihat dengan jelas perkembangan setiap jenis komoditas di tiap-tiap daerah. Dengan hadirnya AWR, Menteri Pertanian ingin memastikan jika kedepannya tidak lagi terjadi perbedaan data statistik karena sudah terpantau oleh pusat yang dijamin akurat. Sistem yang baru diluncurkan ini diharapkan mampu memicu pertumbuhan produksi pertanian di atas rata-rata.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

“Langkah awal ini berkaitan langsung dengan isi perut 267 juta orang. Dengan alat ini kami ingin pertanian ke depan lebih maju, lebih mandiri dan lebih modern untuk hasil yang memuaskan,” ujar Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, Selasa, 4 Februari 2020, pada acara soft launching Agriculture War Room.

Dengan didukung dengan peralatan teknologi informasi (IT) yang handal, maka hasil yang didapatkan saat mengadakan rapat internal dan eksternal lebih efektif dan efisien. Efektif dalam hal kemudahan dalam menampilkan bahan rapat serta kordinasi yang lebih mudah. Dan efisien dalam hal kemudahan dalam memanfaatkan teknologi video conference saat akan melakukan komunikasi ke kantor cabang di seluruh Indonesia. Hal ini memudahkan proses rapat karena peserta rapat saat  video  conference berlangsung  tidak  perlu bertatap muka dan hanya perlu mengaktifkan fitur video conference. Melalui pengelolaan perangkat IT yang optimal diharapkan Kementerian Pertanian mampu memberikan nilai tambah yang lebih optimal terhadap kebijakan yang akan diambil, guna meningkatkan hasil-hasil pertanian dan kesejahteraan petani.

AWR sejatinya digunakan sebagai lokasi dengan fasilitas dan infrastruktur yang lengkap dan perangkat yang diperlukan, dimana seorang pimpinan rapat bersama-sama dengan timnya untuk melakukan rapat, mengambil keputusan menugaskan, mengkoordinasi, memonitor dan mengontrol seluruh tindakan yang diperlukan sebagai respon terhadap permasalahan yang dihadapi institusi seperti tindakan tanggap darurat, action plan untuk perbaikan dan pemulihan, dan langkah penyediaan informasi secara publik. Dengan demikian, diharapkan tidak terdapat kendala di dalam pengoperasian AWR tersebut.

Beberapa aspek dapat menjadi perhatian di dalam pemeliharaan AWR tersebut. Jika mengacu kepada model desain keamanan informasi pada suatu organisasi, terdapat 3 prinsip dasar yang dapat menjadi referensi di dalam pengoperasian ruang data real-time tersebut. Terdapat beberapa faktor pertimbangan diantaranya adalah sebagai berikut:

1.      Keamanan; Dimana pengoperasian AWR membutuhkan sinergi ICT (Information Communication Technology) dan prosedur/protokol komunikasi yang tepat, efektif dan efisien, tanpa terganggu dari serangan eksternal maupun problem internal. Terkait erat dengan aspek keamanan, perlu juga untuk dipertimbangkan untuk membagi area AWR berdasarkan fungsi. Ketersediaan area-area ini perlu dimiliki dengan mempertimbangkan untuk memutus akses dengan cara apapun pihak-pihak yang tidak berhubungan langsung dengan AWR. Area tersebut dapat dibagi sebagai berikut:

a.      Area Penerimaan Tamu (Reception)

Area ini berfungsi sebagai lobby utama dimana pengunjung yang datang diterima oleh petugas resepsionis. Pada area ini harus terdapat bangku/kursi untuk tamu/pengunjung serta akses ke kamar kecil/toilet. Pada area ini dapat diletakkan juga peralatan layar peraga yang menayangkan informasi yang terkait dengan profil AWR.

b.      Area Peninjauan (Viewing Area)

Area ini berfungsi sebagai ruang pamer (show room) AWR dimana para tamu/pengunjung/peninjau dapat secara langsung menyaksikan operasional AWR secara langsung melalui kaca pembatas atau melalui layar peraga. Hal ini dimaksudkan agar tamu/pengunjung tidak langsung memasuki Area Utama dan berinteraksi dengan para petugas operator yang sedang bekerja. Area ini dilengkapi dengan peralatan layar peraga serta sistem tata suara yang terhubung dengan layar visualisasi dan tata suara area utama AWR.

c.       Area Utama (Main Hall)

 

 

 

 

 

 

 

 

Area Utama adalah tempat dimana peralatan visualisasi, perangkat workstation, peralatan telekomunikasi ditempatkan sekaligus tempat kerja para operator AWR. Area Utama adalah area steril dari personil yang tidak memiliki kewenangan. Area Utama juga merupakan tempat untuk melaksanakan Video Conference dalam hal koordinasi dengan Kostrada, Kostrawil, dan pejabat yang berwenang melakukan Video Conference. Di dalam area ini juga terdapat meja pejabat pengendali yang dilengkapi peralatan untuk mengendalikan tayangan yang muncul di peralatan visualisasi. 

d.      Area Rapat Pimpinan

Area Rapat Pimpinan adalah area dimana terdapat fasilitas meja rapat bagi unsur pimpinan untuk melakukan upaya-upaya kordinasi dalam penanganan insiden. Area ini harus memiliki visibilitas yang baik ke peralatan visualisasi yang ada di area utama, sehingga biasanya area ini merupakan bagian dari area utama. Kegiatan Video Conference juga dapat dilakukan di sini, sehingga pada area ini juga terdapat peralatan untuk melakukan video conference serta kelengkapan untuk rapat seperti whiteboard dan lain-lain.

Jika diperlukan, bisa ditambahkan sebuah ruangan rapat tertutup dapat juga disediakan di Command Center pada sebuah ruangan terpisah dengan akses yang sangat terbatas.

e.      Area / Ruang Peralatan

Area / Ruang Peralatan adalah dimana seluruh peralatan server, peralatan telekomunikasi dan jaringan, peralatan penunjang peralatan visualisasi, panel kelistrikan dan catu daya cadangan (UPS) ditempatkan. Area ini merupakan area sangat terbatas yang hanya dapat dimasuki oleh teknisi yang memiliki kewenangan.

f.        Area pantry, tempat istirahat, mushala dan toilet

Area pantry dan tempat istirahat digunakan oleh para petugas untuk beristirahat/makan minum. Di area ini disediakan fasilitas loker, dispenser air, dan keperluan makan/minum lainnya. Mushala harus disediakan jika tidak ada mesjid yang berlokasi berdekatan dengan AWR.

Adapun terkait dengan sistem keamanan pada AWR dapat meliputi:

a.      Pengamanan Akses Fisik

Pengamanan akses fisik dilakukan dengan menggunakan peralatan electronic access control yang dipasang pada pintu masuk ke Area Utama (Main Hall) dan Ruang Peralatan.

Jenis electronic access control yang digunakan bisa yang menggunakan PIN, Contactless Access Card ataupun Biometric Access.

b.      Video Surveillance (CCTV) Internal

Pengamanan fasilitas Command Center juga dilakukan melalui sistem CCTV yang dapat dipantau dari lokasi lain secara online. Unit perekam (DVR) ditempatkan di Ruang Peralatan yang ada di Command Center. Setiap area harus terpantau oleh sistem CCTV ini.

c.       Pengamanan Potensi Lonjakan Arus Listrik (Surge Protection)

Peralatan elektronik yang digunakan di Command Center harus diproteksi terhadap potensi kerusakan yang diakibatkan oleh lonjakan arus / tegangan listrik dengan menggunakan Surge Protector (yang mandiri ataupun bersatu dengan Voltage Stabilizer atau UPS)

d.      Antisipasi Bahaya Kebakaran

i.     Memasang smoke detector

ii.    Menyediakan APAR (Alat Pemadam Api Ringan) berjenis Karbon Dioksida (CO2) dan AFFF (Aqueous Film Forming Foam).

2.      Keutuhan; merujuk kepada tingkat kepercayaan terhadap suatu informasi, kepecayaan dalam hal ini mencakup akurasi dan konsistensi terhadap informasi yang ada. Oleh karena itu perlu adanya proteksi terhadap suatu informasi dari modifikasi oleh pihak-pihak yang tidak diizinkan. Mekanisme proteksi keutuhan (integrity) dapat dibagi menjadi dua, yakni: mekanisme preventif (kontrol akses untuk menghalangi terjadinya modifikasi data oleh orang luar) dan mekanisme detektif, yang berguna untuk mendeteksi modifikasi yang dilakukan orang luar saat mekanisme priventif gagal melakukan fungsinya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan melakukan hal-hal sebagai berikut:

a.       Keamanan fisik komputer, dapat dilakukan beberapa upaya sebagai berikut: membatasi akses fisik ke mesin, akses masuk ke ruangan AWR, penguncian komputer secara hardware, keamanan BIOS, back-up data, deteksi gangguan fisik dan lain-lain;

b.       Keamanan lokal Berkaitan dengan user dan hak-haknya dengan memberikan account dan password kepada orang yang tepat sesuai kebutuhan dan tugas-tugasnya;

c.       Keamanan jaringan, dapat dilakukan dengan melakukan segala upaya terkait prosedur untuk mencegah berubah dan hilangnya keutuhan data dan informasi yang digunakan di AWR;

3.      Ketersediaan; Aspek ini berarti bahwa data/informasi di AWR selalu tersedia ketika dibutuhkan bagi orang-orang yang memiliki izin terhadap informasi tersebut. Sehingga ketika dibutuhkan, data/informasi dapat dengan cepat diakses dan digunakan. Salah satu serangan terhadap ketersediaan (availability) suatu informasi yang paling dikenal adalah Distributed Denial of Service (DDoS). Tujuan utama dari serangan DDOS adalah untuk memenuhi sumber daya yang disediakan, sehingga pengguna tidak bisa mengakses data/informasi yang seharusnya bisa didapatkan. Selain itu, faktor kelalaian manusia dapat juga mengakibatkan berkurangnya aspek ketersediaan (availability) dan secara tidak langsung berdampak pada 2 aspek yang lain. Faktor lain untuk menjamin ketersediaan suatu informasi adalah dengan cara backup. Backup dapat dilakukan secara berkala dan dapat meminimalisir dampak yang ditimbulkan. Sedangkan untuk data-data yang sifatnya sangat penting, perlu adanya suatu server cadangan atau skema proteksi lainnya yang menjamin bahwa data-data tersebut akan selalu tersedia meskipun terdapat beberapa gangguan.

Beberapa detil diatas, telah diterapkan dan disediakan saat ini di AWR. Namun, guna kelancaran operasional AWR perlu diupayakan untuk melengkapi beberapa detil-detil usulan diatas. Sehingga dengan demikian diharapkan jika operasional AWR menerapkan 3 aspek tersebut, maka sistem penyedia data dan informasi tercanggih yang pernah dimiliki oleh Kementerian Pertanian ini dapat menjadi alat pengambil keputusan sesungguhnya. Sehingga fungsi AWR  sebagai pemicu tumbuh kembangnya produksi pertanian diatas angka rata-rata dapat terwujud segera. (DS-Pusdatin)