HPS ke-39 di Kendari, Kementan-Pemprov Sultra Kembangkan Industri Pangan Lokal
Kementerian Pertanian (Kementan) bersama Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) tengah melakukan pemanfaatan sumber daya lokal untuk mewujudkan keanekaragaman keluarga. Upaya ini menjadi fokus agenda dalam peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS) XXXIX 2019 yang dihelat di Kendari, Sultra tanggal 1 hingga 5 November.
Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementan Agung Hendardi mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki kekayaan keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia setelah Brazil di mana terdapat sekitar 800 spesies tanaman sumber bahan pangan termasuk sagu. Pemerintah Indonesia bekerja sama dengan FAO dalam pengembangan industi UKM sagu yang dipusatkan di Sulawesi Tenggara dan sudah direplikasikan di empat wilayah yang harapannya menjadi substitusi tepung terigu impor.
“Kami sedang menyusun peraturan pemerintah yang mewajibkan industri pangan lokal yang berbasis tepung menggunakan tepung lokal 10 persen dan secara beratahap akan ditingkatkan,” kata Agung, pada Seminar Nasional, rangkaian Hari Pangan Sedunia XXXIX 2019 di Kendari, Jumat (1/11/2019).
Ketua Panitia Seminar Nasional yang juga sebagai Kepala Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian Kementan Retno Sri Hartati Mulyandari menambahkan, pertanian keluarga (family farming) dalam konteks global saat ini dipandang sebagai tulang punggung pembangunan dan pencapaian ketahanan pangan. Bahkan memiliki kontribusi penting dalam pencapaian target Sustainable Development Goals (SDGs), terutama target SDG 1 dan 2, yaitu pengentasan kemiskinan dan perbaikan nutrisi dan sistem pertanian berkelanjutan.
Kita akan jadikan pangan lokal menjadi tuan rumah di negeri sendiri terwujud dengan segera. Kalau bisa cepat kenapa harus nanti kalau bisa hari ini kenapa harus besok. Sumber daya pangan lokal bukan hanya sekedar sumber karbohidrat, namun juga sumber nutrisi untuk mendukung terciptanya sumber daya manusia unggul Indonesia,” paparnya.
Di tempat yang sama, Gubernur Sulawesi Tenggara Ali Mazi menyebutkan, ketahanan pangan sudah menjadi isu utama dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia, bukan hanya pada daerah dan nasional saja, namun juga sudah menjadi issue global yang harus ditangani bersama. Sagu merupakan salah satu pangan lokal yang menjadi bahan makanan pokok yang dikonsumsi sebagian besar masyarakat di Sultra. Produksi sagu saat ini mencapai 6.967 ton per tahun dengan luas areal 5.105 hektar, namun lahannya semakin menyusut.
“Diperlukan upaya dan pengkajian yang sistematis dalam upaya peningkatan nilai tambah dari komoditas sagu melalui pengembangan model usaha agroindustri sagu yang berkelanjutan,” ungkap Ali Mazi.
Di hadapan peserta dan tamu undangan, Ali Mazi mengungkapkan salah satu sentra produksi sagu di Sultra berada di kota Kendari. Sagu Sultra tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi lokal masyarakat tetapi juga untuk memenuhi permintaan dari provinsi lain yang juga mulai meningkat.
“Dengan demikian, Indonesia berpeluang besar untuk dapat terus meningkatkan produksi pangan dan industri melalui peningkatan produktivitas, perluasan areal tanam, peningkatan indeks pertanaman, serta pemanfaatan sumber daya pangan lokal,” tegasnya.
Perlu diketahui, pemerintah Indonesia sendiri telah memberikan perhatian yang cukup besar terhadap pengembangan penganekaragaman pangan yang berbasis pada sumber daya lokal. Di antaranya dengan adanya Undang-undang nomor 18 tahun 2012 tentang pangan dan Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2015 tentang Ketahanan Pangan dan Gizi.
Video
Info Terpopuler
- Berikut Daftar 17 Jabatan Fungsional ASN Bidang Pertanian
- Sinergitas Kesekretariatan Kementerian Pertanian
- Pelamar CPNS Kementerian Pertanian tembus 35 Ribu Orang
- SISTER, Aplikasi Sertifikasi Memudahkan Dalam Peningkatan Kompetensi SDM Pertanian
- Pembinaan dan Penguatan Unit Pelaksana Teknis Lingkup Kementerian Pertanian