Kementan Kirim SDM ke Korea Selatan Untuk Berkontribusi Bangun Sistem Ketahanan Pangan di ASEAN
Kebutuhan akan data dan informasi pertanian yang tepat dan akurat demi tercapainya ketahanan pangan di lingkup ASEAN menginisiasi Sekretariat ASEAN Food Security Information System (AFSIS) Thailand dalam menjalin komitmen antar negara ASEAN+3 untuk saling berbagi data dan informasi beberapa komoditas pangan strategis seperti beras, jagung, kedelai, ubi kayu dan tebu. Namun keterbatasan dan ketidaksiapan sistem informasi pertanian di beberapa negara ASEAN menjadi kendala dalam pertukaran data dan informasi tersebut. Oleh karena itu AFSIS sejak Tahun 2012 secara resmi meminta bantuan pemerintah Korea Selatan untuk membangun sistem informasi ketahanan pangan yang memudahkan 6 negara ASEAN yaitu Laos, Kamboja, Filipina, Vietnam, Myanmar dan Indonesia dalam pengumpulan dan pertukaran informasi pangan strategis. Menanggapi permintaan AFSIS tersebut, pemerintah Korea Selatan sebagai bagian dari masyarakat internasional berkomitmen untuk turut berkontribusi dalam membangun sistem ketahanan pangan dan pengembangan sumberdaya manusia di negara ASEAN tersebut.
Di Indonesia hasil tindaklanjut antara AFSIS dan pemerintah Korea Selatan dalam hal ini the Korea Agency of Education, Promotion and Information Service in Food, Agriculture, Forestry and Fisheries (EPIS) adalah NAIS (National Agri-food Information System) di. Kerjasama tersebut bernama “Establishing National Agri-Food Information System and Developing Human Resource in Indonesia” yang selanjutnya dilaksanakan oleh Kementerian Pertanian Republik Indonesia melalui Pusdatin dengan dukungan dana dari the Korea Ministry of Agriculture, Food and Rural Affairs (MAFRA). NAIS di Indonesia bertujuan untuk pengumpulan dan pelaporan data pertanian seperti produksi, luas area dan produktivitas pada komoditas tebu/gula kristal putih (GKP) yang disebut “Sistem Tebu Online”. Sistem yang dibangun ini sejalan dengan keinginan dari Kementerian Pertanian untuk mengumpulkan data secara akurat dan lebih cepat (real-time) dari yang semula menggunakan sistem off-line beralih ke sistem online. Seiring dengan pembangunan sistem online tersebut, dilakukan peningkatan kapasitas sumberdaya manusia melalui pelaksanaan workshop di Korea Selatan bagi pegawai Kementan serta pelaksanaan training di Indonesia bagi petugas provinsi dan kabupaten. Pelaksanaan workshop dan training tersebut dilaksanakan untuk mensosialisasikan penggunaan sistem NAIS. Fokus pengembangan pada komoditas tebu yang disebut dengan “Sistem Tebu Online”.
Data dan informasi yang dikumpulkan melalui sistem tersebut laporan bulanan terkini (real-time) dari seluruh pabrik gula di Indonesia dengan monitoring dari Dinas Perkebunan Provinsi dan Dinas Perkebunan Kabupaten/Kota. Sekitar 63 pabrik gula di Indonesia mengirim laporan bulanannya menggunakan aplikasi tebu online (Mobile App.) yang dapat didownload di smartphone/tablet sedangkan petugas Dinas Provinsi dan Kabupaten hanya dapat memantau dan memonitor laporan tersebut melalui aplikasi di website (Web-based App.) tanpa dapat menginput maupun mengedit laporan dari pabrik gula.
Seiring dengan permintaan akan data dan informasi tebu yang terus meningkat baik intensitas maupun ruang lingkupnya, pengumpulan data yang hanya mencakup produksi, areal dan produktivitas saja dianggap belum cukup dan perlu diperluas cakupannya. Pusdatin berencana memperluas cakupan data yang dikumpulkan melalui sistem tebu online sebagai tahap kedua dari pengembangan NAIS di Indonesia.
Untuk mengevaluasi pelaksanaan tahap pertama NAIS dan menyusun rencana tindaklanjut untuk tahap kedua dan ketiga di 6 negara ASEAN, EPIS menyelenggarakan “Workshop on Establishing National Agri-Food information System and its Utilization” pada tanggal 25 – 31 Agustus 2019 di Seoul, Korea Selatan. Worksop ini dimaksudkan sebagai wadah bagi Pusdatin selaku perwakilan dari Indonesia serta perwakilan dari negara ASEAN lainnya untuk mendapatkan informasi terkait peluang dan arah kegiatan Sistem Informasi Pangan Nasional (NAIS) pada tahap 2 dan tahap 3 serta pengenalan kasus sukses Korea Selatan dalam pemanfaatan Teknologi Informasi di sektor pertanian.
Workshop on Establishing National Agri-Food information System and its Utilization bertempat di kantor Global Knowledge Exchange and Development Center (GK-EDC) Seoul. Secara umum workshop ini merupakan sharing knowledge antara World Bank, EPIS dan AFSIS dimana acara terbagi menjadi 5 bagian yaitu (1) pengenalan pemanfaatan Digital Agriculture Technologies (DATs) di Korea Selatan, (2) Diskusi panel oleh perwakilan World Bank (3) Site Visit (kunjungan lapang) (4). Diskusi implementasi NAIS tahap pertama melalui presentasi country report serta (5). Diskusi Project Concept Paper (PCP) untuk rencana tindaklanjut NAIS tahap kedua dan ketiga.
Workshop di buka oleh Sheila Jagannathan selaku pimpinan Open Learning Campus (OLC), World Bank dilanjutkan dengan sambutan-sambutan dari Presiden EPIS (Myungsik Shin), Regional Director of World Bank (Simeon Ehui), Special Representatives of the World Bank Group Korea office (Hoon Sahib Soh) serta Direktur Eksekutif GKED (Byungkoo Cho). Acara dilanjutkan dengan penandatanganan MoU antara EPIS dan OLC. Pada hari pertama workshop terdapat 4 topik utama yang dipaparkan oleh pemateri serta satu kunjungan (site visit) ke Korea Economic Development Museum. Khusus delegasi EPIS, acara dilanjutkan dengan presentasi country report terkait implementasi NAIS tahap pertama di masing-masing negara. Presentasi dilakukan oleh tim dari Laos dan Kamboja.
Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil kunjungan ke Wanju Local Food Market dan Rural Development Administration antara lain:
- Wanju Local Food Market
Korea Selatan telah berhasil mengintegrasikan kebijakan pangan di level lokal dengan mendirikan Wanju Local Food Market. Kegiatan yang dilakukan meliputi packaging dan pemasaran produk pertanian dari kelompok tani melalui supermarket yang menjual produk organik serta restoran. Kelompok tani yang dilibatkan merupakan petani kecil serta petani berusia tua dengan total sebanyak 2.000 rumah tangga tani. Selain memberikan tambahakn income bagi rumah tangga tani, aktivitas yang dilakukan melalui Wanju Local Food Market juga sangat bermanfaat bagi peningkatan ekonomi di wilayah tesebut karena mampu membuka lapangan kerja di sektor pertanian.
- Rural Development Administration (RDA)
RDA merupakan institusi yang bekerja di bidang pengembangan bisnis smart farm yang berbasis ICT. RDA fokus pada penelitian (R&D) tentang Sistem Informasi Pangan dan pemanfaatannya. Beberapa hal penting yang diperoleh dengan mengunjungi RDA yaitu: 1) sejarah perkembangan pertanian serta teknologi pertanian yang kini digunakan di Korea Selatan, 2) Cara untuk meningkatkan kesejahteraan petani melalui penggunaan teknologi pertanian yang tepat, 3) Sharing pengalaman tentang R&D, training dan penyuluhan serta kerjasama internasional yang telah dilakukan terkait teknologi pertanian.
Secara umum terdapat tujuh topik yang menjadi bahan diskusi satu diantaranya adalah DATs for Market Linkages dengan salah satu judul Mobile Market “it-da Farm” dibangun tahun 2015 dengan pensuplai produk dari 117 rumah tangga tani, alamat https://m.cbfarms.or.kr. Materi dari pemerintah maupun pelaku usaha terkait teknologi pertanian di Korea Selatan maupun negara lain dengan topik Digital Platforms are Enabling Agricultural Outcomes-Example from South Korea dengan pemateri dari Telofarm, Sherpa Space, Farmprika dan N.Thing, serta topik Digital Platforms are Enabling Agricultural Outcomes dengan pemateri dari Innove, Hello Tractor dan Tulaa . Delegasi EPIS melanjutkan sesi presentasi country report dari 4 negara ASEAN yaitu Indonesia, Filipina, Myanmar dan Vietnam. Beberapa poin penting dari presentasi country report tim Indonesia antara lain:
1. Gambaran umum Indonesia meliputi populasi, administrasi wilayah, GDP dan pertumbuhan ekonomi.
2. Struktur Organisasi Kementerian Pertanian dan Pusdatin.
3. Ketersediaan data dan informasi pertanian di Indonesia meliputi data hulu, statistik produksi, data hilir dan data pendukung.
4. Progres dari tahap pertama NAIS di Indonesia.
Tahap pertama NAIS di Indonesia adalah membangun Sistem Tebu Online untuk memfasilitasi pelaporan data dari pabrik gula ke Kementan. Data yang dilaporkan adalah produksi, luas areal dan produktivitas dengan periode pengiriman datanya bulanan. Pelaporan data oleh pabrik gula dilakukan menggunakan Mobile Application, sedangkan Pusdatin, Ditjen Perkebunan, Dinas Perkebunan Provinsi dan Kabupaten/Kota memantau pelaporan data tersebut melalui Web-based Application. Link untuk memantau pemasukan data di Sistem Tebu Online yaitu https://datatebu.pertanian.go.id/naisvi/., pemasukan data/respon rate dari pabrik gula ke sistem tebu online semakin kecil terutama di Tahun 2019. Hal ini terjadi dikarenakan banyaknya mutasi pegawai yang menangani data di pabrik gula. Oleh karena itu perlu adanya pelatihan terutama bagi petugas baru serta dukungan insentif bagi petugas pelapor data.
5. Tindak lanjut tahap kedua dan ketiga NAIS di Indonesia.
Sebagai tindak lanjut NAIS untuk tahap kedua adalah perluasan ruang lingkup data yang dikumpulkan. Pada tahap ini selain data terkait produksi, data yang direncanakan akan dikumpulkan adalah data harga dan distribusi. Setelah tahap kedua selesai, untuk tahap ketiga direncakan akan disusun peta pertanaman tebu dimana dengan memotret luas areal tebu diharapkan dapat mengestimasi produksi tebu berdasarkan informasi fase pertanaman (vegetatif dan generatif).
Workshop ini memberikan pengetahuan dan pengalaman serta informasi baru terkait pemanfaatan Teknologi Informasi di sektor pertanian yang sudah dilakukan oleh Korea Selatan baik oleh pemerintah, petani, swasta dan starup di bidang pertanian. Selain itu masukan dari pihak EPIS terkait arah kegiatan Sistem Informasi Pangan Nasional (NAIS) pada tahap 2 dan tahap 3 yang akan dilakukan di Indonesia diantaranya:
- Sistem informasi ketahanan pangan yang akan dikembangkan pada tahap 2, yaitu dengan menambah menu pada aplikasi NAIS tahap 1 untuk menu volume pembelian dan penjualan serta harga, dan menambah peran dinas kabupaten untuk dapat melaporkan data di tingkat pedagang besar dan eceran. Untuk itu perlu dilakukan koordinasi awal dengan ditjen perkebunan dan dinas perkebunan di provinsi dan kabupaten.
- Usulan dari Indonesia adalah adanya alokasi anggaran untuk honor petugas pengumpulan data di lapang, untuk mendorong pemasukan data kedalam system informasi lebih lancar. Terkait usulan anggaran kegiatan belum dilakukan pembahasan.
Untuk rencana NAIS tahap 3, yang mungkin dilakukan adalah dengan melakukan pemetaan lahan tebu melalui survei (provinsi sampel), kerena kegiatan ini membutuhkan tenaga, waktu dan biaya yang cukup besar bila dilakukan secara nasional. (DS-Pusdatin)
Video
Info Terpopuler
- Berikut Daftar 17 Jabatan Fungsional ASN Bidang Pertanian
- Sinergitas Kesekretariatan Kementerian Pertanian
- Pelamar CPNS Kementerian Pertanian tembus 35 Ribu Orang
- SISTER, Aplikasi Sertifikasi Memudahkan Dalam Peningkatan Kompetensi SDM Pertanian
- Pembinaan dan Penguatan Unit Pelaksana Teknis Lingkup Kementerian Pertanian